Pelita Kehidupan
Banyak sekali perselisihan
dan perbedaan pendapat antara manusia karena mereka hanya mengandalkan akal
pikirannya untuk mencapai suatu kebenaran. Padahal kebenaran mutlak tidak dapat
diperoleh oleh akal sendirian. Bukankah manusia makhluk yang memiliki segala
kekurangan dan keterbatasan? Hanya dapat mengukur dan menilai yang terpampang
di hadapan mata atau yang dicapai oleh inderanya. Hanya kesombongan manusialah
tidak mau mengakui kekurangan itu. Banyak sekali manusia dengan rasa
keangkuhannya menjadikan wahyu pelita Allah ini di belakang mereka. Bahkan sebagian
mereka sama sekali tidak mengindahkan titah Allah Subhanahu Wata’ala.
Bukankah Khaliq (Yang
Menciptakan) itu lebih tahu akan hal
ihwal makhluk (yang diciptakan itu)?. Memang rasa keangkuhan manusialah yang
menyebabkan mereka tidak mau tunduk kepada hukum Allah. Itulah yang pernah
dicontohkan Iblis tatkala ia mengingkari sujud kepada Adam atas perintah Tuhan
itu.
Tiada penerang yang bisa membimbing kehidupan
manusia ke jalan yang benar kecuali apa yang telah dijanjikan Allah dan
rasul-Nya yakni al-Quran dan as-Sunnah.
Artinya : Wahai
manusia, aku tinggalkan pada sesuatu yang apabila kamu berpegang padanya, kamu
tidak akan sesat selama-lamanya, (yakni) kitab Allah (al-Quran) dan sunnah Nabi
saw.
Al-quran merupakan pelita
penerang yang tiada bandingannya. Barang siapa yang berpegang teguh kepadanya
sungguh akan terbimbinglah dia dalam kegelapan hidup ini, hingga menemui
Tuhannya dengan jiwa yang tenang. Yang mana Allah meridhainya dan dia pun ridha
kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Oleh sebab itu umat Islam diperintahkan untuk
selalu memperhatikan rambu-rambu yang telah digariskan didalam kitab-Nya,
demikian dalam sunnah Rasul-Nya. Dalam sebuah hadis disebutkan :
Artinya : dari Abdullah
ibnu Mas’ud, ia berkata : “Sesungguhnya al-Quran ini pemberi syafaat, barang
siapa yang mengikutinya, niscaya akan membimbingnya (masuk) ke dalam surga, dan
barangsiapa yang meninggalkannya atau berpaling darinya –atau kata-kata lain
selain itu- maka akan dilemparkan pada punggungnya ke dalam neraka.
Jalan
selamat dalam kehidupan dunia ini tidak lain dengan mengikuti Rasulullah saw
sebagaimana firman Allah dalam al-Quran :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab : 21)
Setiap muslim harus mengikuti jejak dan sunnahnya, tidak
merekayasa hal-hal yang baru (bid’ah) apapun. Manusia diperintahkan untuk
mengikuti (ittiba’) bukan menciptakan syariat, karena hal itu adalah hak
Allah dan Rasul-Nya.
Ada yang bertanya : “Siapa yang mampu beramal seperti
amal Rasul saw?”
Al-Aswad bin Yazid menjawab : “Sesungguhnya Allah
menjadikan Abu Bakar dan Umar, sebagai bahwa orang lain pun mampu melaksanakan
amal Rasul, karena keduanya beramal sebagaimana amal Rasul”.
Setiap diri muslim hendaknya mengikuti ucapan, perbuatan
Rasul, termasuk bagaimana beramal sesuai waktunya dan jumlah bilangannya
sebagaimana tercantum dalam sunnah, tanpa harus menambah-nambah, supaya ia
mendapatkan berkah ittiba’, menjauhi kejelekan bid’ah.
Rasulullah bersabda :
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw bersabda :
“Barangsiapa yang berpegang teguh pada sunnahku tatkala rusaknya (perilaku)
manusia, niscaya ia mendapatkan pahala seorang syahid”. Dalam riwayat Ibnu
Abbas : seratus syahid.
Demikian pula Allah memberikan pahala orang yang
menghidupkan sunnah Rasulullah sebagai yang tersebut dalam hadis :
Artinya
Rasulullah bersabda kepada Bilal bin al-Harits pada suatu hari :
“Ketahuilah wahai bilal”. Bilal berkata : “Apa yang harus aku ketahui Ya
Rasulullah?. Beliau menjawab : “Ketahuilah!, Barangsiapa yang menghidupkan
salah satu sunnahku yang tidak dikerjakan lagi (pada waktu itu), maka ia
mendapat pahala seperti (pahala) orang yang mengerjakannya, dengan tidak
mengurangi pahala orang yang mengerjakannya sedikitpun. Dan barangsiapa orang
berbuat bid’ah adalah sesat, tidak diridhai Allah dan Rasul-Nya, ia berdosa
seperti dosa orang yang mengerjakannya, dengan tidak mengurangi dosa orang
(mengerjakannya) sedikitpun.
(Ref: Seberkas Sinar dalam Kegelapan, karangan Dr. Fauzi Saleh)
(Ref: Seberkas Sinar dalam Kegelapan, karangan Dr. Fauzi Saleh)
Posting Komentar untuk "Pelita Kehidupan"